Power of Love

Pada mulanya adalah cinta. Cinta yang indah bersemi dalam hati, membuat jagat semesta jadi indah pula. Cinta membuat orang jadi penyayang, murah hati, tersenyum-senyum, tertawa riang, rindu menggebu dan terkadang cemburu sayang. Ah, adakah yang lebih indah daripada cinta yang sempurna?

Namun, cinta yang indah itu ternyata sanggup membukakan luka dan sedih di hati yang sama. Cinta bahkan mampu menjangkitkan benci dan dendam ketika ia dibuat kecewa: patah di tengah jalan atau tak berbalas. Benci, tulis Kahlil Gibran suatu kali, adalah cinta yang disakiti. Dan benci yang tertimbun bisa membuahkan dendam: semacam luka yang selalu menganga dan terus menuntut untuk dibalaskan. Cinta yang indah pada akhirnya hanya menyebabkan kesedihan. Seperti tersirat dalam sebait sajak Rendra yang saya kutip di awal tulisan ini, ketika cinta pergi ditinggalkannya... sekeping hati yang luka dan sepi. Cinta bagaikan sekeping bulan yang memiliki dua sisi ~ terang dan gelap.

Puisi adalah dunia rekaan, demikian ungkap Sapardi Djoko Damono. Ya. Sebuah dunia yang direka-reka dalam imaginasi menjadi sebuah kata yang disusun berbaris. Dalam dunia berpuisi... kita boleh popular dengan menunjukkan kemampuan, keunikan kata di depan umum. Kita akan diakui sebagai penyair jika puisi kita menjadi kaguman orang lain. Menenggelamkan imaginasi orang dalam tarian kata-kata yang kita buat. Merangsang jiwa pembaca melalui erotisme kata-kata kita sehingga akhirnya membuat orang lain mampu berorgasime. Tapi sebenarnya bukan itu yang utama. Tapi pengakuan khalayak itulah yang utama. Puisi adalah "proposal" pemberontakan...





Seperti catatan yang dibaca pagi ini :~

Setiap orang menginginkan hidup bahagia. Setiap orang tidak menginginkan hidup menderita. Selama hidup di dunia ini manusia ingin bahagia, dan sesudah kematian pun ingin hidup bahagia. Kadang manusia rela hidup menderita, dengan harapan dapat hidup bahagia di syurga. Bahagia dan sedih adalah dua rasa yang bertentangan, tapi hanya berjarak setipis kertas, sehingga sukar beralih antara keduanya. Allah memberikan kedua rasa ini kepada setiap insan. Dan ada kalanya, kedua rasa tersebut muncul secara bersamaan dalam satu waktu.

Katanya.... kebahagiaan tidak ada hubungannya dengan kekayaan dan kemiskinan. Kebahagiaan adalah sejenis sikap, suatu cara berfikir dan cara mengada. Kebahagiaan tidak ditentukan oleh hal-hal di luar diri manusia. Kebahagiaan itu ada dalam diri tiap manusia itu sendiri, tinggal memilih mahu akan hidup bahagia atau tidak..........

Sesetengah mengatakan bahagia itu relatif sifatnya... Tidak.. Bukan itu sifat bahagia.. Bahagia itu bukan relatif dan subjektif sifatnya. Tetapi ia adalah sesuatu yang mutlak. Yang perlu dicapai oleh setiap dari kita. Mujur dan syukur... perjalanan menuju bahagia itu juga satu kebahagiaan. Igat! bahagia bukan di hujung jalan... tetapi ia di sepanjang perjalanan. Not a destiny but a journey....

Kata bijak pandai:
Orang yang bahagia tidak akan sempat bertanya apakah aku bahagia????



...if we're happy with the way we chose, why bother what others think about us - (Julian's justification)